Sabtu, 27 Maret 2010

SEJARAH ILMU SOSIOLOGI

Secara sederhana masyarakat merupakan kumpulan dari individu yang mempunyai beberapa kesamaan tujuan dan kepentingan hidup dan memutuskan untuk hidup bersama. Sosiologi sebagai ilmu social adalah perspektif dan metode ilmiah yang dapat mempelajari masyarakat dengan berbagai dinamika, gejala, dan proses yang terjadi di dalamnya.

Auguste Comte (1798-1857)

Auguste Comte adalah seorang filsuf asal Prancis yang dikenal memiliki kemampuan mengingat yang luar biasa, sehingga seluruh kuliah yang ia berikan selalu dilakukan tanpa catatan. Comte pun sanggup menceritakan kembali isi buku dengan detail dan mengaggumkan, meski ia baru sekali membacanya. Melalui karyanya, Course de Philosophie Positive (1842), Comte mengemukakan bahwa sosiologi adalah ultimate science, karena mampu memberikan penerangan terhadap reformasi sosil kemasyarakatan secara komprehensif.

Comte sempat mengalami gangguan mental pada tahun 1838 karena paranoid bahwa karyanya dan ide-idenya akan dirampas orang lain. Ia bahkan sempat tidak mau membaca karya orang lain untuk menjaga orisinalitas gagasannya. Filsuf besar ini kemudian meninggal pada tanggal 5 September 1857.

A. SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI

Semua ilmu yang ada saat ini dibentuk berdasarkan konteks sosialnya, tidak terkecuali ilmu sosiologi. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari dinamika masyarakat. Kelahiran ilmu sosiologi tak lepas dari proses perubahan jangka panjang yang melanda masyarakat Eropa Barat pada Abad Pertengahan. Menurut Laeyendecker, perubahan-perubahan tersebut antara lain :

1. Tumbuhnya sistem kapitalisme pada abad ke-15.

2. Perubahan tatanan sosial dan politik dari bentuk kerajaan sentralistis menjadi bentuk-bentuk gilda kemudian menjadi merkantilisme.

3. Perubahan konsep keagamaan Kristen yang dibawa oleh Martin Luther King (Protestan).

4. Runtuhnya kekaisaran Islam.

5. Meningkatnya paham individualisme.

6. Antusiasme masyarakat yang tinggi akan ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, cikal-bakal sosiologi bisa dikatakan merupakan bagian dari pergulatan masyarakat Eropa Barat pada masa Renaissance (kelahiran kembali). Selanjutnya, Laeyendecker mengemukakan bahwa terdapat dua peristiwa penting yang mematangkan ilmu sosiologi, yaitu

1. Revolusi Prancis (1787-1799)

2. Revolusi Industri di Inggris (1760-1840)

Ilmu Sosiologi mempunyai tradisi yang kuat di tiga Negara Erop, yakni Prancis, Jerman (dulu Prusia) dan Inggris. Hal ini karena pada masanya, ketiga Negara inilah yang mengalami pergolakan sosial yang dahsyat. Di Prancis, Monarki kehilangan otoritasnya dan timbul kelas sosial yang baru. Di Jerman Otto Von Bismarck, sang Perdana menteri membawa perubahan radikal di bidang industri dan politik, sementara di Inggris, James Watt yang menemukan mesin uap telah mengantarkan Inggris kepada varian sistem industrial baru yang dengan sendirinya berpengaruh terhadap struktur masyarakat luas.

Sebelum Perang Dunia II, ilmu sosiologi di Indonesia hanya dianggap sebagai ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dengan kata lain, pada saat itu sosiologi belum dianggap berdiri sendiri dan terlepas dari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (Rechtshogeschool) di Jakarta pada waktu itu merupakan satu-satunya perguruan tingggi yang memberikan kuliah sosiologi di Indonesia. Akan tetapi, ilmu sosiologi hanya sebagai pelengkap bagi mata kuliah ilmu hukum.

Baru setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, seorang sarjana Indonesia, Soenario kolopaking, untuk pertama kalinya memberikan kuliah sosiologi pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta. Di Akademi tersebut sosiologi juga dikuliahkan sebagai ilmu pengetahuan dalam jurusan pemerintahan dalam negeri, hubungan luar negeri dan publisistik. Sejak saat itu, banyak sekali orang Indonesia yang ingin memperdalam pengetahuannya tentang sosiologi. Hal ini lah yang menjadi pendorong berkembang dan meluasnya ilmu sosiologi di Indonesia.

B. TOKOH PERINTIS SOSIOLOGI

Setiap ilmu pengetahuan memiliki tokoh-tokoh perintisnya masing-masing, tidak terkecuali ilmu sosiologi. Beberapa ahli sosiologi memiliki pandangan sendiri tentang siapa saja tokoh perintis sosiologi. Alex Inkeles, bersama ahli sosiologi sependapat bahwa August Comte, Herbert Spencer, Emile Durkheim dan Max Weber adalah tokoh perintis sosiologi. Beberapa ahli sosiologi lain, seperti Laeyendecker, Lewis Coser dan Doyle Paul Johnson dalam tulisannya masing-masing menyebutkan bahwa Karl Marx, yang lebih dikenal sebagai tokoh ideologi Marxisme pun dianggap sebagai tokoh sosiologi. Berikut ini merupakan riwayat hidup singkat dari kelima perintis sosiologi, yaitu :

1. Auguste Comte (1789-1857)

Tokoh yang pertama kali mengemukakan kata sosiologi adalah filsuf Prancis bernama August Comte. Dalam bukunya ynag berjudul Course de Philosophie Positive (1842), ia mencermati anarki yang timbul pasca revolusi Prancis, yaitu ketika setiap kelompok masyarakat merasa memiliki hal dan legitimasi untuk berkuasa dan menentukan arah kebijakan Negara yang berakibat pada kemacetan dibidang politik dan ekonomi.

Seperti filsuf Prancis lainnya, konsep Comte sangat bergantung pada konsep ilmu alam yang telah lahir lebih dalu, terutama Fisika dan Biologi. Bahkan pada awalnya, Comte menanamkan sosiologi sebagai Fisika Sosial. Kata sosiologi sendiri lahir pada tahun 1839 setelah Comte menggabungkan dua kata, yaitu Socius (dalam bahasa Romawi) yang berarti “Kawan” dan Logos (dalam bahasa Yunani) yang berarti “Kata” atau “Berbicara” Jadi, sosiologi artinya adalah berbicara mengenai kawan atau ilmu tentang masyarakat. Sejak itu Comte dikenal sebagai Bapak Sosiologi.

Salah satu sumbangan Comte dalam Ilmu Sosiologi yang paling terkenal adalah “hukum tiga tingkatan” atau “hukum kemajuan manusia”. Tingkat atau tahapan tersebut adalah :

1. Tahap Teologis atau Fiktif

Tahap teologis adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia ini mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada diatas manusia, yaitu roh dewa-dewa atau Tyhan Yang Maha Esa. Tahap ini menjadi karateristik dunia sebelum abad ke-14. dalam periode ini, kekuatan adi kodrati adalah satu-satunya penjelasan terhadap segala pertanyaan manusia dan kehidupan.

2. Tahap Metafisik

Pada tahap ini, manusia masih percaya bahwa gejala-gejala di dunia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada diatas manusia. Manusia juga belum berusaha untuk mencari sebabdan akibat gejala-gejala tersebut. Tahap ini berkembang pada masa antara abad ke-14 sampai abad ke-19.

3. Tahap Positivistik

Merupakan tahap ketika manusia telah mampu untuk berpikir secara ilmiah. Pada tahap ini, ilmu pengetahuan mulai berkembang. Tahap ini berlangsung sejak abad ke-19, ketika manusia dan ilmu pengetahuan berjalan beriringan untuk menjawab berbagai pertanyaan dalam kehidupan.

Ketiga tahap tersebut pada saat bersamaan dapat memenuhi pikiran manusia dan bahkan kadang timbul pertentangan-pertentangan dalam pikiran manusia yang seringkali tidak disadari oleh manusia itu sendiri.

2. Karl Marx (1818-1883)

Karl Marx yang lahir di Trier, Prusi, boleh dikatakan sebagai filsuf dan sosiolog yang paling terkenal, meskipun ia sendiri tidak pernah menganggap dirinya seorang sosiolog. Di lain pihak, para pengusaha terus menumpuk modal melalui surplus value, yaitu nilai lebih yang didapatkan dari hasil kerja para buruh. Menurut Marx, sistem kapitalisme hanya menguntungkan pihak yang memiliki modal.

Sumbangan utama Marx bagi Ilmu Sosiologi adalah teorinya tentang kelas sosial yang ada dalam masyarakat. Dalam buku The Communist Manifesto yang ditulisnya bersama Friederich Engels, Marx berpandangan bahwa sejarah masyakarat manusia merupakan sejarah perkembangan kelas.

Karl Marx juga dikenal sebagai seorang aktivis revolusioner. Pada tahun 1848, ia juga menulis anggaran dasar untuk Liga Komunis yang berjudul Manifesto Komunis. Slogannya yang terkenal adalah “Kaum Buruh Seluruh Dunia, Bersatulah!”. Momen itulah yang kemudian membuat tanggal 1 Mei selalu diperingati sebagai Hari Buruh di seluruh dunia.

Kegagalan Marx pada tahun 1848 dalam melakukan revolusi politik di Belgia membuat Marx pindah ke London, Inggris dan lebih memusatkan tenaga dan pikirannya untuk melakukan riset terhadap sistem kapitalis. Studi ini akhirnya membuahkan mahakarya yang berjudul Das Kapital (1867) yang kemudian menjadi acuan setiap negaa komunis di dunia.

3. Herbert Spencer (1820 – 1903)

Dalam bukunya yang berjudul The Principles of Sociology, Herbert menguraikan materi sosiologi secara sistematis. Spencer mengatakan bahwa objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengadilan sosial dan industri. Sedangkan objek tambahannya adalah asosiasi, masyarakat, pembagian kerja, pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan.

4. Emile Durkheim (1858 – 1917)

Menurutnya, sosiologi meneliti proses-proses sosial dan lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat. Dalam majalah sosiologi L’annee Sociologique, Durkheim membagi sosiologi ke dalam tujuh seksi, yaitu :

a) Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelmpok menusia.

b) Sosiologi agama.

c) Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi sosial, perkawinan dan keluarga.

d) Sosiologi tentang kejahatan.

e) Sosiologi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja.

f) Demografi yang mencakup masyarakat perkotaan dan pedesaan.

g) Sosiologi estetika.

Durkheim memulai kajian sosiologinya dan melahirkan konsep fakta sosial (social fact). Konsep ini tertulis dalam bukunya yang berjudul The Rule of Sociological Method (1895). Fakta sosial menurut Durkheim adalah setiap cara bertindak yang telah baku ataupun tidak, yang dapat melakukan pemaksaan (dari luar) terhadap individu. Contoh fakta social yang dikemukakan Durkheim, antara lain hukum, kepercayaan, adat istiadat, tata cara berpakaian, dan kaidah ekonomi.

Selain The Rule of Sociological Method dan Suicide, Durkheim juga menulis buku yang berjudul The Division of Labor in Society. Dalam buku ini, Durkheim mencoba mengkaji suatu gejala yang sedang terjadi di masyarakat pada waktu itu, yaitu pembagian kerja.

5. Max Weber (1864 – 1920)

Max Weber merupakan sosiolog asal Jerman yang dikenal luas melalui karya fenomenalnya yang bejudul The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism (1905). Dalam buku tersebut, ia mengemukakan bahwa kemajuan ekonomi Eropa, salah satunya ditunjang oleh paham Calvinisme pada agama Kristen Protestan. Paham yang dibawa oleh Pendeta John Calvin pada abad ke-16 ini mengemukakan bahwa untuk mencapai surga, manusia harus bekerja keras, hemat, pantang menyerah dan terus beribadah.

C. SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN DAN METODE

Tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk lebih mengetahui dan mendalami berbagai segi kehidupan dalam kehidupan. Pada hakikatnya, ilmu pengetahuan timbul karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Ilmu pengetahuan juga memiliki unsur-unsur yang tergabung dalam suatu kebulatan. Unsur-unsur tersebut adalah

1. Pengetahuan (Knowledge)

2. Tersusun secara sistematis

3. Menggunakan pemikiran

4. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang secara objektif

Ciri-cirisosiologi sebagai ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut :

1. Bersifat Empiris

Berdasarkan pada observasidan pengamatan, sehingga tidak bersifat spekulasi.

2. Berdasarkan Teoritis

Sosiologi selalu menyusun abstraksi atas pengamatan dan observasi yang dilakukan.

3. Bersifat Komulatif

Teori sosiologi dibangun, dikembangkan, diperluas, dan diperhalus berdasarkan teori-teori yang telah ada sebelumnya.

4. Berdasarkan Non-Etis

Karena sosiologi tidak mencari jawaban akan beruk-baiknya atau benar-salahnya suatu fakta atau fenomena, namun bertugas untuk menjelaskan keadaan tersebut secara analitis.

1. Definisi, Sifat, dan Hakikat Sosiologi

berikut adalah definisi sosiologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli sosiologi.

a) Emile Durkheim

Sosiologi merupakan ilmu yang memepelajari lembaga-lembaga dalam masyarakat serta proses-proses sosial yang menyertainya.

b) Max Weber

Ilmu yang berusaha memebrtikan pengertian tentang tindakan sosial dan juga penjelasannya secara kasual mengenai arah dan konsekuensi dari tindakan-tindakan tersebut.

c) Pitrim A. Sorokin

Mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari :

1. Hubungan dan pengaruh timbal-balik antara berbagai macam gejala sosial.

2. Hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial.

3. Ciri-ciri umum dari semua jenis gejala-gejala sosial.

d) William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkoff

Ilmu tentang penelitian ilmiah terhadap interaksi social dan hasilnya adalah organisasi sosial.

e) Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi

Ilmu yang mempelajari srtuktur sosial, proses sosial dan termasuk perubahan sosial.

2. Objek, Ruang Lingkup dan Tujuan Sosiologi

a. Objek Sosiologi

Objek kajian sosiologi adalah masyarakat dengan segala permasalahannya. Beberapa ahli sosiologi mendefinisikan konsep masyarakat sebagai berikut :\

I. Ralph Linton

Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri dan mengnggap diri mereka sebagai kesatuan social dengan batas-bsatas yang telah dirumuskan dengan jelas.

II. Soerjono Soekanto

Setiap masyarakat memiliki empat unsur, yaitu sejumlah orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu, berinteraksi dalam waktu yang relatif sama, terdapat system social berupa norma dan nilai yang mempengaruhi pola onteraksi antar-anggotanya dan terdapat keterkaitan terhadap suatu identitas bersama (common identity).

b. Ruang Lingkup Sosiologi

Ruang lingkup sosiologi yang mencangkup pengetahuan dan pengkajian masyarakat ,eliputi hal-hal berikut :

1) Kedudukan dan peran social individu dalam keluarga, kelompok sosial, dan masyarakat.

2) Nilai-nilai dan norma sosial yang mendasari atau mempengaruhi sikap dan perilaku hubungan sosial dalam masyarakat.

3) Masyarakat dengan kebudayaannya.

4) Masalah-masalah social yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

C. Tujuan Sosiologi

Meningkatkan daya atau kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Caranya dengan mempelajari fenomena dan gejala social yang terjadi menggunakan metode ilmiah yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang objektif sehingga berbagai masalah social-kemasyarakatannya dapat dipecahkan.

Sifat dan Hakikat Sosiologi

· Sosiologi adalah ilmu social.

· Sosiologi merupakan disiplin yang kategoris, yaitu membatasi pada apa yang terjadi dewasa ini.

· Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang murni (pure science) bukan ilmu terapan (applied science).

· Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang abstrak bukan konkrit.

· Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum.

· Sosiologi mirip ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional.

· Sosiologi mirip ilmu pengetahuan yang umum bukan yang khusus.

D. HUBUNGAN SOSIOLOGI DENGAN ILMU SOSIAL LAIN

Berikut ini adalah kaitan ilmu sosiologi dengan ilmu social lainnya, seperti ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, ilmu antropologi, and ilmu psokologi.

1. Sosiologi dan Sejarah

Sosiologi dan sejarah merupakan dua ilmu sosial yang sama-sama menelaah kejadian dan hubungan yang dialami manusia. Namun, perhatian ilmu sejarah lebih difokuskan pada peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

2. Sosiologi dan Ekonomi

Ilmu ekonomi pada hakikatnya mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materil dari bahan-bahan yang persediaannya terbatas, sedangakan sosiologi mempelajari unsur-unsur dalam masyarakat secara keseluruhan.

3. Sosiologi dan Politik

Ilmu politik mempelajari tentang upaya untuk memperoleh kekuasaan, usaha untuk mempertahankan kekuasaan, penggunaan kekuasaan dan berbagai cara untuk menghambat penggunaan kekuasaan, sedangkan sosiologi memusatkan perhatiannya pada segi-segi masyarakat yang bersifat umum.

4. Sosiologi dan Antropologi

Sosiologi mengamati masyarakat-masyarakat modern yang strukturnya sudah kompleks, sedangkan antropologi ada yang berpendapat bahwa antropologi memusatkan perhatiannya pada masyarakat tradisional yang masih sederhana kebudayaannya.

5. Sosiologi dan Psikologi Sosial

Ilmu psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman dan tingkah laku individu yang telah ditimbulkan dan dipengaruhi oleh situasi-situasi sosial.

Daftar Pustaka

Susanto,Astrid S.1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial.

Binacipta. Jakarta.

Banton, Michael.1967. Race Relations. Tavistock Publiccations. London.

Horton, Paul B. dan Chaster L. Hunt. 1999. Sosiologi jilid 1 Edisi 6.

Erlangga. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar